Sabtu, 12 Juli 2014

Prediktor Statistik Pemenangan Calon Presiden




Prediktor Statistik Pemenangan Calon Presiden
Oleh:
Muh. Nadjib Bustan
Guru Besar Ilmu Kesehatan dan Olahraga

Selama ini survei politik dengan penuh kepiawaannya mampu memperkirakan dan
menunjukkan popularitas dan  elektibilitas seorang calon legislatif dan calon presiden. Dengan ketepatan yang mencapai 97-98% para lembaga survei meyakinkan kebenaran hasil survei yang dilakukannya berdasarkan pendekatan Ilmu Statistik. Demikian pula Hitung Cepat (Quick Count) yang dilaksanakan terhadap hasil suatu pemilu umum, seperti pilkada kabupaten/kota, pilkada propinsi, pemilihan anggota legislatif  dan pemilihan presiden,
telah mampu menunjukkan hasil perhitungannya yang cepat dan tepat.
Hal ini didasarkan pada objektifitas Statistik sebagai alat bantu dalam melakukan seluruh proses pelaksanaan dan analisis data survei. Statistik telah membantu dalam melakukan random responden yang mewakili pemilih dalam daftar pemilih resmi KPU, menentukan metode survei dan melakukan perhitungan statistik yang sesuai .
Pada pemilihan legislatif yang lalu, berbagai lembaga survei telah melakukan proses  pengumpulan, perhitungan dan analisis data sehingga mampu menentukan siapa calon yang dapat kursi, termasuk dapat menghitung persentase hasil masing-masing partai peserta Pemilu.
Survei memang telah menjadi salah satu metode penelitian utama dan paling sering dipakai dalam melakukan analisis pendapat umum (polling) atau pemilihan umum. Hasilnya berupa angka-angka persentase yang menggambarkan jumlah pemilih atau pilihan pemilih terhadap calon yang disajikan.
Survei atau Quick Count ini merupakan suatu metode penelitian  terhadap suatu kondisi yang telah atau sedang terjadi. Sementara itu, dalam hiruk-pikuk kampanye pilpres dewasa ini, pertanyaan yang ada dalam benak  para calon adalah tentang faktor atau alasan apa yang nanti akan dipakai oleh pemilih dalam membuat keputusan pilihannya. Hal ini diperlukan oleh calon dan tim suksesnya dalam menentukan bahan kampanye apa saja yang akan ditebar untuk menarik perhatian pemilih sehingga pada hari H nanti akan memilih calonnya. Misalnya, apakah mayoritas pemilih akan cenderung memilih sang calon presiden karena alasan citra, atau karena visi-misi yang baik, atau karena “sekampung”.  Dengan mengetahui alasan atau yang disebut dalam istilah Statitik sebagai prediktor itu maka tim sukses akan mempersiapkan tema kampanye yang sesuai dengan faktor prediktor tersebut. Untuk maksud tersebut statitik dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk menganalis alasan pemilih dalam menjatuhkan pilihannya terhadap salah satu calon.

Statistik untuk Pilpres

Satu bulan terakhir ini, bangsa Indonesia sementara deman pilpres. Kedua calon bersama tim suksesnya sedang bergelut untuk menarikperhatian pemilih. Issu atau tema apa yang layak disampaikan yang akan menarik perhatian. Untuk itu, Statistik mempunyai objektifitas dalam memprediksi siapa pemenangnya dan alasan dari pemilih dalam menentukan pilihannya pada salah satu calon. Suatu survei dapat dilakukan dan dilakukan analisis data dengan perhitungan statistik dan akan terlihat alasan utama apa yang menyebabkan calon mendapat suara terbanyak.
Data mengandung berbagai faktor demografis, sosial, ekonomi , budaya dan psikologi yang dapat menjadi prediktor pilihan calon dari para pemilih. Data ini akan diolah dengan menggunakan tes statistik telah pernah dipergunakan oleh berbagai ahli statistik dan pakar politik dalam menentukan faktor determin atau predikor penenetuan pilihan calon presiden yang diinginkan rakyat. Salah satu jenis analisis  statistik yang dapat digunakan adalah Logistic Regression (Regresi Logistik). Jairo Nicolau telah mempergunakan uji statistik ini dalam menganalisis kemenangan Pemilihan Presiden Brasil di tahun pemilu  2002.

Prediksi Regresi Logistik Pemenang Pilpres
Suatu data rekayasa hipotetik telah dibuat untuk menghitung  faktor prediksi apa yang  paling  menentukan kemenangan seorang  calon presiden dalam suatu pilpres. Data ini  mengandung 3 faktor prediktor, yakni faktor- faktor yang menjadi alasan pemilih dalam menjatuhkan pilihannya terhadap satu dari dua calon presiden rekayasa. Ketika prediktor tersebut adalah faktor politik, yakni alasan pemilih berdasarkan parpol yang didukungnya. Faktor kedua,  faktor kesukuan/kekerabatan, yakni alasan memilih karena latar belakang suku yang sama atau kekeluargaan. Faktor ketiga adalah psikologi, yakni  alasan menyukai citra dan kinerja calon presiden. Untuk itu,  dikembangkan dua model uji regresi logistik . Model pertama melakukan tes untuk melihat faktor apa yang paling  berperan dalam menentukan pilihannya jatuh kepada  calon presiden nomor  satu. Sedangkan model kedua, memenangkan capres kedua dan menghitung  faktor  yang mana dari ketiga faktor yang dimasukkan dalam model uji  regresi logistik  itu yang menjadi predictor utama.
Beberapa survei telah dilakukan oleh berbagai pakar politik dengan memakai perangkat statistik dalam melihat faktor prediktor pemilihan Presiden di Brazil, Afrika dan Amerika. Salah satu uji statistik yng dipakai oleh Jairo Nicolau adalah Regresi Logistik dalam melakukan prediksi Pemilihan Presiden Brazil yang dimenangkan calon presiden Lula dari 6 calon yang ikut pilpres Brasil. Dalam analisisnya, faktor prediktor yang diperhitungkan adalah 5 faktor sosial demografis (gender, umur, warna kulit, pendidikan dan agama) dan tiga atribut politik.
Dari analisis data rekayasa, pada model pertama calon presiden nomor satu uji statistik menandai bahwa alasan utama pemilih adalah faktor parpol sehingga dapat memperoleh kemenangan 53 persen. Pemilih menjadikan kesamaan partainya dengan partai koalisi pendukung calon presiden.  Untuk itu, jika tim sukses calon pertama melakukan survei dan menemukan juga bahwa faktor kepartaian ini sebagi prediktor utama, maka tim sukses akan menjadikan isu kepartaian ini sebagai tema utama kampanye dengan mengajak seluruh pimpinan partai dan pendukung partai tersebut untuk memilih calon pertama. Maksudnya, untuk memenangkan calon pertama maka mesin partai harus kerja maksimal.
            Model kedua memenangkan calon kedua dan berkesimpulan bahwa faktor citra sebagai predikotr utama kemenangan hingga mencapai 54 persen. Kalau survai sebenarnya dilakukan, dan hasil menunjukkan hasil yang sama, maka tim sukses akan menjual citra ini sebagai bahan kampanye. Katakanlah misalnya, mengkampanyekan bahwa pilihlah calon presiden nomor dua kami karena dia jujur, rajin dan tegas. Kalau ini dilakukan, statistik meramal bahwa inilah yang keluar sebagai pemenang pilpres.
            Mudah-mudahan dengan tim sukses yang percaya terhadap statistik dapat mempergunakan statistik sebagai alat menentukan tema kampanye yang menarik pemilih untuk menjatuhkan pilihannya dan membawa tim sukses menjadi benar-benar sukses menggolkan calon presidennya.

Senin, 07 Juli 2014

PENGEMBANGAN PRODI ILMU KEPELATIHAN DALAM MENUNJANG OLAHRAGA PRESTASI



PENGEMBANGAN PRODI ILMU KEPELATIHAN
DALAM MENUNJANG OLAHRAGA PRESTASI*
Oleh:
Prof. Dr. dr. M. Nadjib Bustan, MPH
Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNM Makassar
A. Latar Belakang
            Pencapaian prestasi olahraga yang ditandai dengan penyematan medali dan pengibaran bendera Merah Putih merupakan cita-cita  pembangunan olahraga yang dapat meningkatkan martabat bangsa Indonesia. Untuk mencapai prestasi olahraga diperlukan upaya berlatih dan berlatih! Pelatihan yang tepat dan efektif perlu ditunjang dengan pendekatan ilmiah berbasis ilmu kepelatihan.
Sementara itu, Ilmu Kepelatihan (Exercise Science) masih belum dikenal dan belum dikembangkan sebagai suatu ilmu tersendiri yang selanjutnya bisa dikembangkan sebagai suatu program studi (prodi) sarjana atau pasca sarjana. Sampai dewasa ini tampak bahwa seluruh fakultas keolahragaan pemerintah maupun swasta belum ada satupun yang khusus mempunyai program studi ilmu kepelatihan. Program studi yang terkait ilmu kepelatihan yang ada adalah program studi, yang membentuk sarjana pendidikan/guru untuk bidang kepelatihan. Prodi itu antara lain bernama Pendidikan Kepelatihan Olahraga.
Ilmu Kepelatihan ini merupakan ilmu murni (science)  atau ilmu eksakta yang berbeda dengan ilmu-ilmu pendidikan jasmani dan olahraga yang merupakan bagian dari rumpun ilmu pendidikan. Ilmu Kepelatihan berbasis pada ilmu kedokteran, kesehatan dan ilmu olahraga (sport science) itu sendiri.
American College of Sports Medicine (ACSM) menjabarkan bahwa Exercise Science is the study of movement and the associated functional responses and adaptations. Jabaran ACSM ini memperlihatkan bahwa Exercise Science  berdasar  pada ilmu gerak (biomekanik/kinesiologi) dan ilmu fungsi (fisiologi). Ilmu dan pengetahuan tentang Ilmu Kepelatihan  sangatlah penting untuk pengembangan ilmu olahraga pada umumnya dan pengembangan prestasi olahraga pada khususnya. Dengan berbasis Ilmu Kepelatihan, atlet mendapat latihan yang dapat meningkatan kemampuan fisik dan ketrampilan  berlaga sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi juara.
Dewasa ini kondisi prestasi olahraga Indonesia di kancah nasional, regional dan internasional masih belum memuaskan.  Dalam berbagai arena (event) pemecahan record masih sangat terbatas. Di kancah ASEAN Games, SEA Games dan Olympic Games, pencapaian medali masih rendah dan peringkat yang belum masuk hitungan. Walaupun demikian, semangat tinggi dan daya juang tetap digelorakan oleh pemerintah. Indonesia ditargetkan menjadi juara umum pada Asian Games 2014, berada di peringkat 10 pada SEA Games, dan di Olimpiade 2012 pada peringkat ke 35. Untuk itu, diperlukan suatu program pembinaan dan pelatihan yang  sistematis,  terencana, berkesinambungan,  dan modern. Selain itu, keberhasilan  kontingen  Indonesia  meraih  prestasi  di ajang SEA Games merupakan momentum kebangkitan olahraga nasional untuk menjangkau papan atas  di tingkat internasional.
Berdasarkan kehendak ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga mengarahkan program pengembangan prestasi olahraga yang bernana Program Indonesia Emas, atau disingkat PRIMA. Program pengembangan prestasi olahraga ini merupakan satu program nasional yang   dirancang   dan   dilaksanakan   pemerintah   untuk   mendongkrak   prestasi olahraga nasional, hingga akhirnya mampu memperbaiki peringkat Indonesia dalam kejuaraan multi-events, baik di tingkat regional maupun internasional.
Kehadiran program IK dengan luaran  sarjana berbasis sport science ini diharapkan dapat memberi konstribusi terhadap tercipta tenaga ilmiah dan profesional kepelatihan dalam membentuk atlet berprestasi yang meningkatkan peringkat Indonesia ke papan atas internasional.

B. Analisis Kebutuhan
            Ketika upaya pembangunan olahraga prestasi digalakkan dengan menggunakan pendekatan keilmuan (Sport Science), Ilmu Kepelatihan menjadi ilmu utama yang perlu dikedepankan. Pembangunan olahraga  prestasi memerlukan sekian banyak tenaga pelatih yang ilmiah dan profesional. Jumlahnya tentu akan berkorelasi dengan banyaknya kebutuhan pelatih untuk setiap cabang olahraga prestasi,  dan selain untuk cabang olahraga rekreasi, kebugaran (fitness) dan aktifitas fisik lainnya.
Hingga kini, para pelatih fisik maupun pelatih cabang olahraga umumnya berasal dari atlet senior yang berprestasi. Mereka tentu mempunyai ketrampilan bertanding dan pengalaman yang cukup, namun masih mempunyai keterbatasan dalam melakukan analisis yang dalam selama melakukan tugas kepelatihan terhadap  atletnya. Beberapa pelatih asing terpaksa didatangkan untuk mengisi kekosongan atas tenaga pelatih profesional pada cabang olahraga prestasi utama (misalnya sepakbola). Selain itu, tenaga pelatih yang profesional diperlukan mengingat diperlukannya penerapan ilmu dan tehnologi (IPTEK) dalam pelatihan. Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga pelatih profesional, perlu dikembangkan program studi ilmu kepelatihan sebagai sumber utama pengadaan tenaga pelatih tersebut.
             Kebutuhan tenaga/sarjana pelatih melalui program studi Ilmu Kepelatihan bukanlah suatu yang mustahil. Potensi SDM/dosen untuk itu dapat diperoleh dari berbagai jurusan/prodi yang sudah berjalan dan berkembang dewasa ini. Untuk pengembangan Prodi Ilmu Kepelatihan terdapat       potensi SDM yang tersebar di 12 fakultas/jurusan/program studi keolahragaan  di perguruan  tinggi  negeri  dan  30  jurusan/program  studi keolahragaan  di perguruan  tinggi  swasta. Keadaan ini menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 42 lembaga pendidikan dimana Prodi Ilmu Kepelatihan dapat disemaikan dan ditumbuh-kembangkan.
               Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar sendiri mempunyai potensi SDM/dosen yang cukup memadai dalam  jumlah dan kualitasnya yang tersebar di  4 (empat) jurusan/prodi (Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Pendidikan Olahraga, dan Ilmu Keolahragaan).
Kehadiran Sarjana Ilmu Kepelatihan (mungkin dengan gelar S.IP) merupakan idaman Program Indonesia Emas. PRIMA ditantang  untuk menjawab dan membuktikan programnya secara nyata.PRIMA memerlukan perubahan kualitas pelatihan dengan cara mengadopsi High Performance Programme, yaitu suatu program pembinaan atlet elit  yang   melibatkan   seluruh   unsur-unsur   pelatihan   secara   terpadu,   serta melibatkan pihak-pihak yang dipandang mampu memberikan dukungan yang dibutuhkan. Prinsip-prinsip pokok dari program ini antara lain terletak pada aplikasi sport sciences, keterpaduan antara pelatihan fisik, teknik, taktik dan penyiapan mental juara, serta diberlakukannya sistem pemantauan performa dan analisis penguasaan skill atlet secara terprogram.
Sarjana produksi program sarjana Ilmu Kepelatihan inilah yang diharapkan memfokuskan diri mengembang program atau target pembangunan olahraga prestasi jangka pendek melaui PRIMA ini.

C. Kompetensi Luaran
Berdasarkan kurikulum dan materi yang telah diberikan dalam proses belajar, seorang sarjana ilmu kepelatihan akan mempunyai kompotensi dalam semua aspek kepelatihan yang berbasis ilmu olahraga. Kompetensi sarjana Ilmu Kepelatihan dikembangkan berdasarkan 3 (tiga) bidang ilmu utama, yakni Ilmu Kedokteran, Kesehatan dan Ilmu Olahraga. Kedalaman  ketiga ilmu ini difokuskan pada penguasaan 2 (dua) ilmu utama, sesuai dengan definisi Ilmu Kepelatihan, yakni fisiologi olahraga dan biomekanik.
Dengan kompetensi yang dimiliki,  para tenaga terdidik (sarjana dan pascasarjana) Ilmu Kepelatihan ini dapat bertindak sebagai pelatih dalam berbagai bentuk kepelatihan,  seperti Exercise Physiologist, pelatih kebugaran, pelatih fisik, instruktur senam aerobik, pelatih atletik, rehabilitasi kardiopulmonal, pelatih personal, fisioterapis, dan conditioning coach.
Secara tersendiri berbagai kompetensi khusus dapat dikembangkan, misalnya kompetensi yang berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran. Untuk itu diperlukan kompetensi dalam hal coronary artery disease risk factor screening, uji kebugaran (exercise testing), konseling untuk meningkatkan aktifitas olahraga, konseling penuruan risiko penyakit koroner,  manajemen platihan kebugaran, program rehabilitasi perbaikan fungsi koroner, dan  bimbingan ke arah gaya hidup sehat.
Untuk olahraga prestasi, fokus kompotensi diarahkan pada motor development. Kompotensi yang dikembangkan disini meliputi physical therapy, occupational therapy, speech pathology, physician assistant, health promotion, dan konseling motivasi latihan.     
            Dengan demikian didapatkan kompotensi yang diharapkan yang meliputi: (1) kompetensi khusus dalam pengembangan, analisis dan diagnosis perkembangan motorik dan motor disabilities pada anak, remaja dan dewasa/lansia, ( 2) kemampuan dalam peresepan program aktifitas fisik dan motorik yang menghasilkan penyembuhan (recovery) fungsi motorik individu/atlet.
Selanjutnya, secara akademik dilakukan pendalaman dengan pendidikan lanjutan pada bidang-bidang advanced  training terkait dengan kedokteran, biomedik, fisioterapi dan kesehatan masyarakat.      Semua jenis kompetensi ini merupakan kebutuhan inti dalam proses pelatihan atlet menuju prestasi olahraga.
            Luaran prodi dengan kompotensi kepelatihan dapat berkiprah pada berbagai lini  olahraga yang memerlukan tenaga pelatih dan ilmu kepelatihan. Selain jajaran departemen atau dinas yang berhubungan dengan olahraga, sarjana ilmu kepelatihan akan dapat bertugas di instansi/dinas kesehatan, upaya pencegahan dan rehabilitasi gangguan fisik, lembaga pendidikan dan penelitian, baik di pihak pemerinath maupun swasta/lembaga swadaya masyarakat.
D. Keberadaan Prodi Ilmu Kepelatihan
Keberadaan Prodi Ilmu Kepelatihan di Indonesia belum dapat ditemukan di seluruh sekolah/ fakultas ilmu keolahragaan. Sementara itu, di berbagai negara lainnya program studi di bidang ilmu kepelatihan dalam bentuk jurusan atau prodi ilmu kepelatihan telah berada dan berkembang dalam berbagai bentuk, status dan nama. Misalnya, di Griffith University, Brisbane, Australia, ilmu kepelatihan itu dikembangan dalam suatu School of Physiotherapy and Exercise Science.
 Sementara itu, di School of Public Health, University of South Carolina, Amerika Serikat namanya jelas sebagai Department of Exercie Science. Program studi ini mengembangkan 3 (tiga) jenis tingkat program sarjana: BS (Bachelor of Science), MS (Master of Science), dan Doctoral (PhD) dalam Exercise Science. Disamping itu, di bidang Sport Science, USC mempunyai juga program untuk Master of Public Health in Physical Activity and Public Health (MPH-PHPA).
Program  Bachelor of Science in Exercise Science  (setara dengan Sarjana 1) memfokuskan diri pada 4 (empat) area khusus: Health Fitness, Motor Development, Public Health, and Scientific Foundations. Alumninya dipersiapkan untuk bekerja di bidang kesehatan dan olahraga yang memerlukan tenaga profesional dalam kepelatihan.

E. Inti Kurikulum
Menurut definisi Ilmu Kepelatihan, dasar pengembangan ilmu kepelatihan yang akan menjadi dasar pembentukan kurikulum adalah fisiologi dan  biomekanik. Sesuai dengan tujuannya, materi kurikulum selayaknya mengacuh kepada aspek-aspek kepelatihan yang menyangkut peningkatan kemampuan motorik dan  ketrampilan (skill) bermain dan bertanding dalam berbagai cabang olahraga.
Sebagai dasar pembentukan kurikulum dipergunakan 3 (tiga) ilmu utama:  kedokteran, kesehatan dan ilmu keolahragaan. Dalam bidang kedokteran dikembangkanlah mata kuliah ilmu kedokteran  seperti anatomi, fisiologi, patologi, dan biomedik. Bidang kesehatan membentuk mata kuliah sosiologi, manajemen, epidemiologi, fisika, biokimia dan psikologi. Khusus di ruang lingkup ilmu keolahragaan, penekanan diarahkan pada aspek latihan dan kepelatihan dalam mengembangkan sistem muskuloskeletal dan motorik dengan cabang olahraga masing-masing. Disampingi itu perlu dilengkapi dengan pendekatan tehnologi keolahragaan dalam matakuliah seperti tehnologi sarana dan prasana, tehnologi peralatan olahraga, tehnologi diagnostik dan komputer.
Kelengkapan ilmu tehnologi ini diarahkan untuk  mengembangkan prototipe, rancang bangun, dan modifikasi tehnologi dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan keolahragaan dan dukungan kepelatihan atlet. Dukungan tehnologi diharapkan dapat menunjang terciptanya atlet berprestasi, dalam seluruh tahapan prosesnya, mulai dari penyelusuran bakat, seleksi dan rekruitmen atlet pratama hingga ke pusat pelatihan nasional.
Kesemua mata pelajaran ini akan bersinergi dalam membentuk kopetensi sarjana ilmu kepelatihan yang dapat menunjang proses terciptanya atlet berkualitas dan berprestasi.

F. Rekomendasi
Sebagai pelengkap, setelah meyakini betapa penting dan perlunya pelatih profesional yang hanya bisa diproduksi dari suatu Prodi Ilmu Kepelatihan, segera dapat dibentuk prodi Ilmu Kepelatihan di sebuah FIK terpilih atau 3 (tiga) FIK utama berbasis regional (bagian barat, tengah dan timur Indonesia), dengan tidak membatasi kesempatan di sekolah/fakultas manapun yang berkemauan.

DAFTAR PUSTAKA

-ACSM. 2011. Careers in Sport and Exercise Science. www.acsm.org
-AAHPERED. Allied Health. 2011.  Exercise Science. Health Care Careers Directory 2009-2010.nwww.aahperd.org.
- Griffith University. 2011. Website: www.griffith.edu.au.
-Jenkins, S.P.R. 2005. Sport Science Handbook. The Essential Guide to Kinesiology, Sport and Exercise Science. Multi-Science Publishing Co, UK.
- Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Sambutan Hari Olahraga Nasional Ke-27 2010.
- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor  22  Tahun 2010 Tentang Program Indonesia Emas
- Republik Indonesia. Undang-Undang  Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
- University of South Carolina. School of Public health. www. sph.sc.edu.

* Makalah ini dimuat dalam Buku Dies Emas 50 Tahun UNM Makassar, 1 Agustus 2011