Selasa, 28 Oktober 2014

Berjalan 10.000 Langkah Menuju Penurunan BBM



Berjalan 10.000 Langkah Menuju Penurunan BBM

M. Nadjib Bustan
Guru Besar Ilmu Kesehatan dan Olahraga

Rasanya tidak rational! Hanya saja, ternyata  jalan kaki menjadi pilihan pertama masyarakat yang berpikiran rasional di seluruh negara modern jika mereka ingin menuju suatu tempat yang berjarak tidak terlalu jauh. Mereka berjalan dari rumah ke halte, lalu dari halte ke tempat kerja. Sebaliknya sewaktu pulang dari tempat kerja ke halte, naik angkutan publik, turun di halte dan jalan kaki kembali ke rumah. Gambaran pola hidup gerak dan bertransportasi seperti inilah yang terjadi setiap hari di seluruh dunia, kecuali Indonesia.
Indonesia merupakan negara penghasil minyak. Namun, hingga sekarang ini negara dan bangsa Indonesia masih terus terombang-ambing dalam isu bahan bakar minyak. Subsidi BBM masih merupakan masalah yang tidak terselesaikan. Kalau harga BBM dinaikkan, kelompok masyarakat bawah terjepit. Sebaliknya, kalau harga BBM dipertahankan dan tetap subsidi, Presiden dan pemerintah pusat mengalami defisit anggaran. Salah satu pilihan yang dapat diajukan dan semua pihak pasti sepakat adalah dengan mengurangi pemborosan penggunaaan BBM. Macet merupakan salah satu sumber pemborosan BBM, disamping kemalasan berjalan kaki dalam bergerak ke suatu tempat yang berjarak dekat. Jarak satu kilometer merupakan jarak yang layak ditempuh dengan berjalan kaki. Jika kantor, tempat kerja atau lokasi yang ingin dikunjungi itu  jaraknya hanya sekitar satu kilometer, jalan kaki lebih baik dipilih dari pada berkendaraan  sendiri.
Berjalan kaki adalah alternatif olahraga utama dan pertama untuk setiap orang. Olahraga jalan kaki dapat dilakukan dengan mudah, murah, kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja. Berjalan kaki juga sangat tepat sebagai pilihan moda transportasi alat bergerak pindah dari rumah ke kantor atau tempat kerja lainnya.
            Sekarang, bagaimana menjadikan berjalan sebagai olahraga yang bermanfaat dan berdampak mengurangi penggunaan BBM. Yang jelas, penggantian moda penggunaan kendaraan BBM dengan cara jalan kaki akan berdampak pada penurunan penggunaan BBM.
Dengan olahraga berjalan, jantung dan paru menjadi lebih sehat, aliran darah ke otak menjadi lebih lancarr, sehingga pikiran tambah segar dan stres berkurang. Manfaat ini akan diperoleh dengan melakukan kegiatan berjalan kaki selama 30 menit per hari dengan menempuh jarak sekitar 2-3 kilometer. Sepuluh ribu langkah atau feet berarti berjalan sebanyak 10 ribu langkah yang setara dengan 10.000 kali 30,48 cm atau  304.800 cm atau sekitar 3 kilometer. Tiga kilometer selayaknya ditempuh dalam 30-45 menit. Olahraga berjalan ini bernilai sebagai olahraga berintensitas sedang yang bisa membentuk tubuh yang bugar dan berbagai manfaat kesehatan dan lainnya. Salah satu manfaat berjalan adalah menurunkan stress dan lemak tubuh. Artinya dengan berjalan 10.000 langkah, misalnya  sebagai mode transportasi harian ke tempat kerja, akan memberikan dampak positif berupa penurunan stres, pengurangan lemak tubuh, dan penghematan penggunaaan BBM.
Pilihan lebih baik berjalan ini dapat dilakukan ketika ingin ke suatu tempat yang jaraknya sekitar satu kilometer. Kalau jaraknya tujuan cukup jauh, selayaknya pergunakanlah pilihan pertama dengan angkutan transportasi publik. Kalau terpaksa, pergunakan kendaraan pribadi. Hanya saja, dari tempat parkir ke tempat/kamar kerja, usahakan untuk jalan kaki. Penggunaan jarak tempuh antara tempat pemberhentian kendaraan ke kamar  kerja inilah yang perlu diperbanyak dan diisi dengan jalan kaki (transit-associated walking). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa jalan kaki dari tempat parkir ke tempat kerja memberi manfaat ganda, yakni menyehatkan tubuh dan menyehatkan kantong anggaran. Jalan kaki dari tempat transit/halte ini memberi manfaat untuk kesehatan, termasuk menurunkan stres dan menurunkan pengeluaran biaya bahan bakar.
Sebagai rakyat biasa, mari kita pilih lebih baik jalan kaki pada setiap waktu berpindah tempat, misalnya ke pasar, kantor, rumah tetangga, rumah keluarga, atau tempat lainnya. Kalau ke rumah tetangga, tidak perlu naik motor. Kalau ke mall, pergunakanlah angkutan publik. Dari halte, mari berjalan kaki ke lokasi tujuan.
Buat pemerintah daerah, masyarakat yang ingin berjalan memerlukan koridor (pedestarian), halte, stasion, dan tempat parkir yang memadai. Di sana-sini halte masih langka, bus angkutan umum sangat tidak cukup, pete-pete tampaknya justru berlebih, dan koridor masih dipakai pedagang kaki lima. Motor pribadi sudah sangat sesak dan memenuhi kemacetan sepanjang jalan. Disiplin pengguna jalan menjadi kacau balau. Perjalanan yang terhambat dan melambat membuat pembakaran mesin dan pengeluaran bahan bakar meningkat. Bensin berpola boros. Kuota tidak mencukupi. Yang tampak dimana-mana, antrian panjang jeregan isian BBM di SPBU.
Upaya massal menggerakkan masyarakat untuk berolahraga jalan setiap hari selayaknya menjadi program kerja pemerintah. Dengan demikian,  olahraga berjalan bisa menghemat penggunaan BBM jika telah menjadi pola hidup sehari-hari dari sekitar 125 juta masyarakat pekerja di Indonesia.
Dan tentu Presiden (terpilih) Jokowi tidak perlu mengurangi subsidi/menaikkan harga BBM, karena rakyat sudah tidak boros BBM dengan cara olahraga jalan kaki. Semoga. (mnb)






Dari PORDA ke Prestasi Olimpiade
M. Nadjib Bustan
Guru Besar Ilmu Kesehatan dan Olahraga

PORDA Sulsel XV siap untuk diselenggarakan di Bantaeng, 9 -15 September 2014. Penyelenggaraan Porda dimaksudkan sebagai salah satu jenjang kompetisi level provinsi yang  diharapkan melahirkan atlet berprestasi nasional di event PON. Lalu, dari PON diharapkan akan lahir atlet yang akan diajukan berlaga di multievent regional (SEA Games, ASEAN Games) hingga ke gelanggang dunia Olimpiade. Karena itu, walaupun peristiwa PORDA yang sekilas hanya merupakan laga tingkat daerah tidak selayaknya dibiarkan berlalu begitu saja tanpa prestasi nasional, regional, dan bahkan internasional. PORDA adalah bagian utama dari Long Term Athlete Development (LADT) menuju terciptanya atlet elite. Seminggu berkeringat di gelanggang PORDA adalah bagian yang tidak terpisahkan dari waktu 10 tahun (10.000 jam) latihan extensif menuju keunggulan olimpiade.
Sesungguhnya, sebuah PORDA selayaknya menjadi pesta laga yang sudah mengarahkan target suksesnya untuk mencapai prestasi olimpiade. Hal ini mengingat bahwa tujuan pembinaan olahraga adalah mewujudkan prestasi keolahragaan nasional menuju prestasi internasional. Senada, Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah membuat target prestasi keolahrgaan Indonesia untuk masing-masing event.  Untuk Olimpiade 2016 mendatang target medali Indonesia adalah 5 (saja) pada 5 cabang olahraga terpilih (dari 28 cabor Olimpiade), dan berada pada kedudukan peringkat ke-30.  Indonesia berada pada urutan 63 pada Olimpiade London 2012 dengan peroleh satu perak, satu perunggu, dan tanpa emas. Kelima cabang olahraga terpilih menjadi target emas adalah badminton, weight lifting, archery (panahan), boxing, dan taekwondo.Target ini ditandai dengan upaya Program Akselerasi Prestasi Olahraga Kemenpora, dan ditanggapi dengan Program Sulsel Maju oleh KONI Sulsel. Dispora  Sulsel juga sudah memetakan potensi olahraga Sulsel, dan tinggal mengarahkannya ke cabang olahraga prioritas sesuai dengan target nasional untuk multievent regional dan internasional.
Karena itu, dalam penyelenggaraan suatu PORDA layak diajukan pertanyaan:  (1) apakah cabang olahraga target olimpiade ini masuk dalam cabor yang dipertandingkan PORDA; dan (2) apakah ada atlet cabor Olimpiade, lima cabor target Olimpiade, dan cabor terukur  yang mempunyai recok atau mampu memecahkan rekor Olimpiade.
Porda Bantaeng akan mempertandingkan 27 cabor, dan kelima cabor target olimpiade Kemenpora itu tercakup didalamnya. Artinya, PORDA Sulsel mempunyai kesempatan untuk memecahkan nasional sehingga minimal mampu  lanjut ke gelanggang nasional . Jawaban pertanyaan yang kedua akan merupakan bagian pembinaan atlet nasional, jika Sulsel mampu mendapatkan atlet potensialnya. Sukses penyelenggaan suatu PORDA antara lain ditentukan atas suskes prestasi yang mendapatkan atau bahkan memecahkan rekor nasional.
PORDA Sulsel ini dihadiri oleh 24 kontingen kabupaten/kota yang masing-masing ingin menjadi juara PORDA. Target kontingen ini wajar-wajar saja, namun tidak berarti melupakan tujuan PORDA itu sendiri. Sukses PORDA adalah bagaimana menelorkan atlet peringkat nasional yang siap berlaga di gelanggang internasional. Tidak berlebihan kalau dikatakan apalah arti juara PORDA tanpa pemecahan rekor nasional.
Hal ini juga sekedar untuk mengingatkan kembali agar  para kontingen kota/kabupaten  tidak terlalu ngotot dan ambisi dalam memenangkan kontingennya saja. Sesungguhnya sebuah kontingen kabupaten/kota sudah dari awal mempersiapkan atlet pemecah rekor nasional dan mendukung atlet pretasi tersebut untuk lebih ditingkatkan dalam menggapai prestasi olimpiade. Itulah harapan masyarakat Sulsel yang ingin melihat sukses prestasi  PORDA dengan menampilkan pemecahan rekor nasional, rekor multievent regional,  dan olimpiade terhadap 5 cabor target Kemenpora.
Dalam sejarah Olimpiade, Sulsel telah mengukir tinta emas tersendiri dimana dalam  Olimpiade Seoul 1988 atlet panahan putri asal Sulsel Kusumawardani berhasil mendapatkan medali. Bonusnya berupa perolehan rumah. Kini, bonus medali Olimpiade minimal satu milyar. Dalam ASEA Games  yang lalu, Indonesia berhasil menyabet 5 medali di cabor  rowing, cycling, sailing, karate dan wushu, diantaranya diperoleh oleh atlet Sulsel. SEA Games Myanmar 2013 , Sulsel diwakili oleh 20 atlet, dan 16 orang yang berhasil mendapatkan medali dalam dayung, karate, pencak silat, tinju, kempo dan takraw. Untuk ASEAN Games mendatang atlet Sulsel akan sangat diharapkan tetap memberikan kontribusi medali, sebagai bagian dari luaran PORDA.Untuk PON 2016 di Bandung, Sulsel Maju telah mempersiapkan 170 atlet.
Kini PORDA Sulsel di Bantaeng sudah siap dengan tema: Satukan Langkah, Lindungi Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim.  PORDA yang peduli lingkungan ini ditandai dengan acara pembukaan di Lapangan Pantai Seruni. Dan mari gelorakan motto PORDA XV Bantaeng: Dari Butta Toa Bantaeng Kita Lahirkan Atlet Berprestasi Internasional.


Dari PORDA ke Prestasi Olimpiade
M. Nadjib Bustan
Guru Besar Ilmu Kesehatan dan Olahraga

PORDA Sulsel XV siap untuk diselenggarakan di Bantaeng, 9 -15 September 2014. Penyelenggaraan Porda dimaksudkan sebagai salah satu jenjang kompetisi level provinsi yang  diharapkan melahirkan atlet berprestasi nasional di event PON. Lalu, dari PON diharapkan akan lahir atlet yang akan diajukan berlaga di multievent regional (SEA Games, ASEAN Games) hingga ke gelanggang dunia Olimpiade. Karena itu, walaupun peristiwa PORDA yang sekilas hanya merupakan laga tingkat daerah tidak selayaknya dibiarkan berlalu begitu saja tanpa prestasi nasional, regional, dan bahkan internasional. PORDA adalah bagian utama dari Long Term Athlete Development (LADT) menuju terciptanya atlet elite. Seminggu berkeringat di gelanggang PORDA adalah bagian yang tidak terpisahkan dari waktu 10 tahun (10.000 jam) latihan extensif menuju keunggulan olimpiade.
Sesungguhnya, sebuah PORDA selayaknya menjadi pesta laga yang sudah mengarahkan target suksesnya untuk mencapai prestasi olimpiade. Hal ini mengingat bahwa tujuan pembinaan olahraga adalah mewujudkan prestasi keolahragaan nasional menuju prestasi internasional. Senada, Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah membuat target prestasi keolahrgaan Indonesia untuk masing-masing event.  Untuk Olimpiade 2016 mendatang target medali Indonesia adalah 5 (saja) pada 5 cabang olahraga terpilih (dari 28 cabor Olimpiade), dan berada pada kedudukan peringkat ke-30.  Indonesia berada pada urutan 63 pada Olimpiade London 2012 dengan peroleh satu perak, satu perunggu, dan tanpa emas. Kelima cabang olahraga terpilih menjadi target emas adalah badminton, weight lifting, archery (panahan), boxing, dan taekwondo.Target ini ditandai dengan upaya Program Akselerasi Prestasi Olahraga Kemenpora, dan ditanggapi dengan Program Sulsel Maju oleh KONI Sulsel. Dispora  Sulsel juga sudah memetakan potensi olahraga Sulsel, dan tinggal mengarahkannya ke cabang olahraga prioritas sesuai dengan target nasional untuk multievent regional dan internasional.
Karena itu, dalam penyelenggaraan suatu PORDA layak diajukan pertanyaan:  (1) apakah cabang olahraga target olimpiade ini masuk dalam cabor yang dipertandingkan PORDA; dan (2) apakah ada atlet cabor Olimpiade, lima cabor target Olimpiade, dan cabor terukur  yang mempunyai recok atau mampu memecahkan rekor Olimpiade.
Porda Bantaeng akan mempertandingkan 27 cabor, dan kelima cabor target olimpiade Kemenpora itu tercakup didalamnya. Artinya, PORDA Sulsel mempunyai kesempatan untuk memecahkan nasional sehingga minimal mampu  lanjut ke gelanggang nasional . Jawaban pertanyaan yang kedua akan merupakan bagian pembinaan atlet nasional, jika Sulsel mampu mendapatkan atlet potensialnya. Sukses penyelenggaan suatu PORDA antara lain ditentukan atas suskes prestasi yang mendapatkan atau bahkan memecahkan rekor nasional.
PORDA Sulsel ini dihadiri oleh 24 kontingen kabupaten/kota yang masing-masing ingin menjadi juara PORDA. Target kontingen ini wajar-wajar saja, namun tidak berarti melupakan tujuan PORDA itu sendiri. Sukses PORDA adalah bagaimana menelorkan atlet peringkat nasional yang siap berlaga di gelanggang internasional. Tidak berlebihan kalau dikatakan apalah arti juara PORDA tanpa pemecahan rekor nasional.
Hal ini juga sekedar untuk mengingatkan kembali agar  para kontingen kota/kabupaten  tidak terlalu ngotot dan ambisi dalam memenangkan kontingennya saja. Sesungguhnya sebuah kontingen kabupaten/kota sudah dari awal mempersiapkan atlet pemecah rekor nasional dan mendukung atlet pretasi tersebut untuk lebih ditingkatkan dalam menggapai prestasi olimpiade. Itulah harapan masyarakat Sulsel yang ingin melihat sukses prestasi  PORDA dengan menampilkan pemecahan rekor nasional, rekor multievent regional,  dan olimpiade terhadap 5 cabor target Kemenpora.
Dalam sejarah Olimpiade, Sulsel telah mengukir tinta emas tersendiri dimana dalam  Olimpiade Seoul 1988 atlet panahan putri asal Sulsel Kusumawardani berhasil mendapatkan medali. Bonusnya berupa perolehan rumah. Kini, bonus medali Olimpiade minimal satu milyar. Dalam ASEA Games  yang lalu, Indonesia berhasil menyabet 5 medali di cabor  rowing, cycling, sailing, karate dan wushu, diantaranya diperoleh oleh atlet Sulsel. SEA Games Myanmar 2013 , Sulsel diwakili oleh 20 atlet, dan 16 orang yang berhasil mendapatkan medali dalam dayung, karate, pencak silat, tinju, kempo dan takraw. Untuk ASEAN Games mendatang atlet Sulsel akan sangat diharapkan tetap memberikan kontribusi medali, sebagai bagian dari luaran PORDA.Untuk PON 2016 di Bandung, Sulsel Maju telah mempersiapkan 170 atlet.
Kini PORDA Sulsel di Bantaeng sudah siap dengan tema: Satukan Langkah, Lindungi Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim.  PORDA yang peduli lingkungan ini ditandai dengan acara pembukaan di Lapangan Pantai Seruni. Dan mari gelorakan motto PORDA XV Bantaeng: Dari Butta Toa Bantaeng Kita Lahirkan Atlet Berprestasi Internasional.

Sabtu, 23 Agustus 2014

REAL COUNT VS QUICK COUNT




Quick Count vs Real Count 
Yang mana benar, Quick Count (QC) yang dilakukan oleh lembaga survei (LS) atau hasil Real Count (RC) yang akan dilakukan oleh KPU. Seyogyanya, keduanya benar dan sama hasil perhitungannya terhadap pemungutan suara dalam Pilpres 2014. Hanya saja untuk mencocokkannya harus menunggu sampai tanggal 22 Juli, karena KPU memerlukan waktu untuk melakukan perhitungan. Ini opsi pertama yang kemungkinan terjadi, yang tampak paling sederhana dan tinggal menunggu waktu.

Hanya saja masalahnya menjadi lain karena hasil QC dari berbagai lembaga survei (LS) menunjukan perbedaan. Selayaknya,  tidak ada perbedaan signifikan hasil antara berbagai LS, jika semua LS itu taat pada asas ilmiah metode penelitian, dan mampu mengesampingkan keberpihakan pada salah satu capres.
Kenyataannya, LS menunjukkan dua hasil yang berbeda dalam perhitungan suara Pilpres. Sekelompok LS memenangkan Nomor 2, sementara itu beberapa LS mengunggulkan Nomor 1. Masyarakat menjadi bingung. Yang mana yang benar,  LS kubu 1 atau kubu 2. Dan terjadilah debat antara kedua kubu LS. Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (PERSOPI) mau melakukan audit dan investigasi untuk menilai LS yang mana yang bermasalah. Ini dapat menjadi opsi kedua dalam konteks penyelesaian mencari LS yang benar.
Timbul lagi masalah lain. Berdasarkan hasil QC itu, tanggal 9 Juli sore, kedua Capres menyatakan dirinya sebagai pemenang berdasarkan QC LS yang memenangkannya. Kalau PERSEPSI menyatakan LS yang benar adalah kubu 1, apakah Capres 2 bersedia menerimanya; atau sebaliknya. Ini kemungkinan atau opsi ke tiga yang dapat terjadi, yang perlu diantisipasi solusinya.
Demikian pula yang akan terjadi kalau kebenaran itu didasarkan hasil RC KPU. Sementara ini, masing-masing kubu Capres melakukan semacam RC dalam bentuk Perhitungan Tabulasi Nasional berdasarkan TPS. Kalau RC KPU menyatakan Nomor 2 yang menang, apakah Capres Nomor 1 mau menerimanya, jika hasil RC Capres Nomor 1 yang dilakukannya menunjukkan bahwa Nomor 1 yang menang. Ini alternatif ke empat yang mungkin terjadi.
Siapa terpercaya benar
Kunci masalahnya adalah telah terjadi saling tidak percaya antara kedua tim sukses, kedua kubu LS, dan pihak KPU. Mestinya hanya satu terpecaya paling benar. Keempat opsi diatas tampaknya tidak bisa menuntaskan masalah siapa yang paling benar.
Kepercayaan pertama diberikan kepada Ilmu Statistik yang dipergunakan oleh semua LS yang meyakinkan kebenaran ilmiah hasil perhitungan QC. Hanya saja Statitik itu adalah ilmu probabilitas yang tetap memberikan peluang untuk terjadinya kesalahan (error). Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia (IPI) Burhanuddin Muthadi mengatakan bahwa tetap ada peluang kesalahan (Fajar, 11 Juli 2014). Karena  itu, kepercayaan kepada LS adalah sah-sah saja, tetapi tidak harus berlebihan (over- confidence) atau langsung yakin 100 persen.
Kemungkinan kepercayaan kedua dilimpahkan ke KPU dengan keyakinan bahwa RC KPU memang mutlak kebenarannya. Tetapi, apakah semua pihak akan menerima hasil KPU? Apakah hasil KPU memang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya? Kedua kubu Capres bersama-sama mengatakan bahwa mari kita mengawal KPU sehingga mampu melakukan proses  perhitungan dengan benar tanpa kesalahan dan bebas intervensi dari pihak manapun. Lalu bagaimana kalau ada satu kubu yang merasa bahwa hasil RC KPU itu masih belum benar sepenuhnya.
Lembaga survei berani bertaruh kebenaran hasil surveinya masing-masing. Kepala Riset Populi Center,  Nico Haryanto menyatakan kalau hasil LS meleset jauh dari hasil hitungan manual KPU, justru data KPU itu yang perlu dipertanyakan validitasnya.
Mungkin alternatif kepercayaan lainnya dapat diberikan kepada suatu gold standard. Dalam analisis statitik diperlukan suatu standard emas sebagai pembanding kebenaran tertinggi. Gold standard ini semacam nilai objektif duniawi yang paling tinggi. Hanya saja dalam Pilpres 2014 ini tidak ada data yang bisa dipakai sebagai gold standard. Hasil KPU tidak dapat dipakai sebagai gold standard. Kepercayaan masyarakat dan semua pihak terkait Pilpres belum penuh terhadap KPU. Bahkan, pihak KPK mengingatkan agar KPU maupun Bawaslu tidak kongkalikong dengan peserta pemilihan  presiden (Fajar, 12 Juli 2014).
Perhitungan KPU
KPU yang berhak menentukan pemenang Pilpres, berdasarkan hasil perhitungan suara nyata  dari seluruh TPS dalam dan luar negeri. Karena itu, pada hari penentuan hasil perhitungan suara nanti akan terjadi dua kemungkinan yang terjadi antara QC Lembaga Survei dengan RC KPU.
Pertama, KPU menyatakan Capres 1 menang, dan sesuai dengan QC LS Kubu 1, tetapi tidak sesuai dengan QC LS Kubu 2. Kemungkinan kedua, KPU menyatakan Capres 2 menang,  dan sesuai dengan QC LS Kubu 2, tetapi bertentangan  dengan QC LS Nomor 1. Artinya, siapapun yang ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU, akan memberikan dampak negatif ke salah satu kubu LS dan sekaligus dengan Capresnya. Keadaan ini tidak bisa dihindarkan, karena sudah terlanjur kedua belah pihak Capres dan LS menyatakan kemenangannya masing-masing. Walaupun himbauan untuk mengawal proses perhitungan KPU berhasil, kemungkinan kekecewaan pihak kalah akan tetap dapat terjadi.
            Kemungkinan selanjutnya, pihak yang dirugikan akan melakukan banding ke MK.
Inilah bentuk gold standard yang tersedia berupa supremasi hukum yang dimiliki oleh Mahkamah Konsitusi. Kemungkinan inilah yang dapat menjadi ujung penyelesaian berbagai opsi yang terjadi.
Sayangnya, kalau ini terjadi maka pada tanggal 22 Juli rakyat Indonesia belum bisa memastikan presiden terpilih. Akan ada dua kemungkinan terjadi, MK menerima gugatan pihak  penggugat yang kalah, atau mengesahkan kemenangan Capres yang menang QC LS dan RC KPU. Setelah itu,  slogan Pemilu: Siap Menang Siap Kalah harus diterapkan.
Akhirnya, keputusan MK masih harus dilengkapi dengan kepercayaan kepada God standard (Kebenaran Ilahi). Nilai kebenaran absolut mutlak ada di tangan Yang Maha Mengetahui kebenaran data pilpres itu. Haqqul yakiin!