Berjalan 10.000 Langkah Menuju Penurunan
BBM
M. Nadjib Bustan
Guru Besar Ilmu Kesehatan dan Olahraga
Rasanya
tidak rational! Hanya saja, ternyata
jalan kaki menjadi pilihan pertama masyarakat yang berpikiran rasional
di seluruh negara modern jika mereka ingin menuju suatu tempat yang berjarak
tidak terlalu jauh. Mereka berjalan dari rumah ke halte, lalu dari halte ke tempat
kerja. Sebaliknya sewaktu pulang dari tempat kerja ke halte, naik angkutan
publik, turun di halte dan jalan kaki kembali ke rumah. Gambaran pola hidup
gerak dan bertransportasi seperti inilah yang terjadi setiap hari di seluruh
dunia, kecuali Indonesia.
Indonesia
merupakan negara penghasil minyak. Namun, hingga sekarang ini negara dan bangsa
Indonesia masih terus terombang-ambing dalam isu bahan bakar minyak. Subsidi
BBM masih merupakan masalah yang tidak terselesaikan. Kalau harga BBM
dinaikkan, kelompok masyarakat bawah terjepit. Sebaliknya, kalau harga BBM
dipertahankan dan tetap subsidi, Presiden dan pemerintah pusat mengalami
defisit anggaran. Salah satu pilihan yang dapat diajukan dan semua pihak pasti
sepakat adalah dengan mengurangi pemborosan penggunaaan BBM. Macet merupakan
salah satu sumber pemborosan BBM, disamping kemalasan berjalan kaki dalam
bergerak ke suatu tempat yang berjarak dekat. Jarak satu kilometer merupakan
jarak yang layak ditempuh dengan berjalan kaki. Jika kantor, tempat kerja atau
lokasi yang ingin dikunjungi itu jaraknya
hanya sekitar satu kilometer, jalan kaki lebih baik dipilih dari pada
berkendaraan sendiri.
Berjalan
kaki adalah alternatif olahraga utama dan pertama untuk setiap orang. Olahraga
jalan kaki dapat dilakukan dengan mudah, murah, kapan saja, dimana saja dan
oleh siapa saja. Berjalan kaki juga sangat tepat sebagai pilihan moda
transportasi alat bergerak pindah dari rumah ke kantor atau tempat kerja
lainnya.
Sekarang,
bagaimana menjadikan berjalan sebagai olahraga yang bermanfaat dan berdampak
mengurangi penggunaan BBM. Yang jelas, penggantian moda penggunaan kendaraan
BBM dengan cara jalan kaki akan berdampak pada penurunan penggunaan BBM.
Dengan
olahraga berjalan, jantung dan paru menjadi lebih sehat, aliran darah ke otak
menjadi lebih lancarr, sehingga pikiran tambah segar dan stres berkurang.
Manfaat ini akan diperoleh dengan melakukan kegiatan berjalan kaki selama 30
menit per hari dengan menempuh jarak sekitar 2-3 kilometer. Sepuluh ribu
langkah atau feet berarti berjalan sebanyak 10 ribu langkah yang setara
dengan 10.000 kali 30,48 cm atau 304.800
cm atau sekitar 3 kilometer. Tiga kilometer selayaknya ditempuh dalam 30-45
menit. Olahraga berjalan ini bernilai sebagai olahraga berintensitas sedang
yang bisa membentuk tubuh yang bugar dan berbagai manfaat kesehatan dan
lainnya. Salah satu manfaat berjalan adalah menurunkan stress dan lemak tubuh.
Artinya dengan berjalan 10.000 langkah, misalnya sebagai mode transportasi harian ke tempat
kerja, akan memberikan dampak positif berupa penurunan stres, pengurangan lemak
tubuh, dan penghematan penggunaaan BBM.
Pilihan
lebih baik berjalan ini dapat dilakukan ketika ingin ke suatu tempat yang
jaraknya sekitar satu kilometer. Kalau jaraknya tujuan cukup jauh, selayaknya
pergunakanlah pilihan pertama dengan angkutan transportasi publik. Kalau
terpaksa, pergunakan kendaraan pribadi. Hanya saja, dari tempat parkir ke
tempat/kamar kerja, usahakan untuk jalan kaki. Penggunaan jarak tempuh antara
tempat pemberhentian kendaraan ke kamar
kerja inilah yang perlu diperbanyak dan diisi dengan jalan kaki (transit-associated
walking). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa jalan kaki dari
tempat parkir ke tempat kerja memberi manfaat ganda, yakni menyehatkan tubuh
dan menyehatkan kantong anggaran. Jalan kaki dari tempat transit/halte ini
memberi manfaat untuk kesehatan, termasuk menurunkan stres dan menurunkan
pengeluaran biaya bahan bakar.
Sebagai
rakyat biasa, mari kita pilih lebih baik jalan kaki pada setiap waktu berpindah
tempat, misalnya ke pasar, kantor, rumah tetangga, rumah keluarga, atau tempat
lainnya. Kalau ke rumah tetangga, tidak perlu naik motor. Kalau ke mall,
pergunakanlah angkutan publik. Dari halte, mari berjalan kaki ke lokasi tujuan.
Buat
pemerintah daerah, masyarakat yang ingin berjalan memerlukan koridor (pedestarian),
halte, stasion, dan tempat parkir yang memadai. Di sana-sini halte masih
langka, bus angkutan umum sangat tidak cukup, pete-pete tampaknya justru
berlebih, dan koridor masih dipakai pedagang kaki lima. Motor pribadi sudah
sangat sesak dan memenuhi kemacetan sepanjang jalan. Disiplin pengguna jalan
menjadi kacau balau. Perjalanan yang terhambat dan melambat membuat pembakaran
mesin dan pengeluaran bahan bakar meningkat. Bensin berpola boros. Kuota tidak
mencukupi. Yang tampak dimana-mana, antrian panjang jeregan isian BBM di SPBU.
Upaya
massal menggerakkan masyarakat untuk berolahraga jalan setiap hari selayaknya
menjadi program kerja pemerintah. Dengan demikian, olahraga berjalan bisa menghemat penggunaan
BBM jika telah menjadi pola hidup sehari-hari dari sekitar 125 juta masyarakat
pekerja di Indonesia.
Dan
tentu Presiden (terpilih) Jokowi tidak perlu mengurangi subsidi/menaikkan harga
BBM, karena rakyat sudah tidak boros BBM dengan cara olahraga jalan kaki.
Semoga. (mnb)