PENGEMBANGAN
PRODI ILMU KEPELATIHAN
DALAM
MENUNJANG OLAHRAGA PRESTASI*
Oleh:
Prof.
Dr. dr. M. Nadjib Bustan, MPH
Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNM Makassar
A. Latar Belakang
Pencapaian prestasi olahraga yang ditandai dengan penyematan
medali dan pengibaran bendera Merah Putih merupakan cita-cita pembangunan olahraga yang dapat meningkatkan
martabat bangsa Indonesia. Untuk mencapai prestasi olahraga diperlukan upaya
berlatih dan berlatih! Pelatihan yang tepat dan efektif perlu ditunjang dengan
pendekatan ilmiah berbasis ilmu kepelatihan.
Sementara
itu, Ilmu Kepelatihan (Exercise Science)
masih belum dikenal dan belum dikembangkan sebagai suatu ilmu tersendiri yang
selanjutnya bisa dikembangkan sebagai suatu program studi (prodi) sarjana atau
pasca sarjana. Sampai dewasa ini tampak bahwa seluruh fakultas keolahragaan
pemerintah maupun swasta belum ada satupun yang khusus mempunyai program studi
ilmu kepelatihan. Program studi yang terkait ilmu kepelatihan yang ada adalah
program studi, yang membentuk sarjana pendidikan/guru untuk bidang kepelatihan.
Prodi itu antara lain bernama Pendidikan Kepelatihan Olahraga.
Ilmu
Kepelatihan ini merupakan ilmu murni (science)
atau ilmu eksakta yang berbeda dengan ilmu-ilmu
pendidikan jasmani dan olahraga yang merupakan bagian dari rumpun ilmu
pendidikan. Ilmu Kepelatihan berbasis pada ilmu kedokteran, kesehatan dan ilmu
olahraga (sport science) itu sendiri.
American
College of Sports Medicine (ACSM) menjabarkan bahwa Exercise Science is the study of movement and the associated functional
responses and adaptations. Jabaran ACSM ini memperlihatkan bahwa Exercise Science berdasar pada ilmu gerak (biomekanik/kinesiologi) dan
ilmu fungsi (fisiologi). Ilmu dan pengetahuan tentang Ilmu Kepelatihan sangatlah penting untuk pengembangan ilmu
olahraga pada umumnya dan pengembangan prestasi olahraga pada khususnya. Dengan
berbasis Ilmu Kepelatihan, atlet mendapat latihan yang dapat meningkatan kemampuan
fisik dan ketrampilan berlaga sehingga
dapat menunjang pencapaian prestasi juara.
Dewasa
ini kondisi prestasi olahraga Indonesia di kancah nasional, regional dan
internasional masih belum memuaskan.
Dalam berbagai arena (event) pemecahan
record masih sangat terbatas. Di kancah ASEAN Games, SEA Games dan Olympic
Games, pencapaian medali masih rendah dan peringkat yang belum masuk hitungan.
Walaupun demikian, semangat tinggi dan daya juang tetap digelorakan oleh
pemerintah. Indonesia ditargetkan menjadi juara umum pada Asian Games 2014, berada di peringkat 10 pada SEA Games, dan di Olimpiade 2012
pada peringkat ke
35. Untuk itu, diperlukan suatu program pembinaan dan pelatihan yang sistematis,
terencana, berkesinambungan, dan
modern. Selain itu, keberhasilan
kontingen Indonesia meraih
prestasi di ajang SEA Games merupakan
momentum kebangkitan olahraga nasional untuk menjangkau papan atas di tingkat internasional.
Berdasarkan
kehendak ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga mengarahkan program pengembangan
prestasi olahraga yang bernana Program Indonesia
Emas, atau disingkat PRIMA. Program pengembangan prestasi olahraga ini merupakan satu program nasional
yang
dirancang
dan dilaksanakan pemerintah untuk mendongkrak prestasi olahraga nasional, hingga akhirnya mampu memperbaiki peringkat Indonesia dalam kejuaraan multi-events, baik di tingkat regional maupun internasional.
Kehadiran
program IK dengan luaran sarjana
berbasis sport science ini diharapkan
dapat memberi konstribusi
terhadap tercipta tenaga ilmiah dan profesional kepelatihan dalam membentuk
atlet berprestasi yang meningkatkan
peringkat Indonesia ke papan atas internasional.
B. Analisis Kebutuhan
Ketika upaya pembangunan olahraga
prestasi digalakkan dengan menggunakan pendekatan keilmuan (Sport Science),
Ilmu Kepelatihan menjadi ilmu
utama yang perlu dikedepankan. Pembangunan olahraga prestasi memerlukan sekian banyak tenaga
pelatih yang ilmiah dan profesional. Jumlahnya tentu akan berkorelasi dengan
banyaknya kebutuhan pelatih untuk setiap cabang olahraga prestasi, dan selain untuk cabang olahraga rekreasi,
kebugaran (fitness) dan aktifitas fisik lainnya.
Hingga
kini, para pelatih fisik
maupun pelatih cabang olahraga umumnya berasal dari atlet senior yang
berprestasi. Mereka tentu mempunyai ketrampilan bertanding dan pengalaman yang
cukup, namun masih mempunyai keterbatasan dalam melakukan analisis yang dalam selama
melakukan tugas kepelatihan terhadap
atletnya. Beberapa pelatih asing terpaksa didatangkan untuk mengisi kekosongan
atas tenaga pelatih profesional pada cabang olahraga prestasi utama (misalnya
sepakbola). Selain itu, tenaga pelatih yang profesional diperlukan mengingat
diperlukannya penerapan ilmu dan tehnologi (IPTEK) dalam pelatihan. Karena itu,
untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga pelatih profesional, perlu dikembangkan
program studi ilmu kepelatihan sebagai sumber utama pengadaan tenaga pelatih
tersebut.
Kebutuhan
tenaga/sarjana pelatih melalui program studi Ilmu Kepelatihan bukanlah suatu yang
mustahil. Potensi SDM/dosen untuk itu dapat diperoleh dari berbagai
jurusan/prodi yang sudah berjalan dan berkembang dewasa ini. Untuk pengembangan
Prodi Ilmu Kepelatihan terdapat potensi SDM yang tersebar di
12 fakultas/jurusan/program
studi
keolahragaan di perguruan
tinggi
negeri
dan 30
jurusan/program studi keolahragaan di perguruan
tinggi
swasta.
Keadaan ini menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 42 lembaga pendidikan dimana
Prodi Ilmu Kepelatihan
dapat disemaikan dan ditumbuh-kembangkan.
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Makassar sendiri mempunyai potensi SDM/dosen yang cukup memadai dalam jumlah dan kualitasnya yang tersebar di 4 (empat) jurusan/prodi (Pendidikan Jasmani,
Kesehatan dan Rekreasi, Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Pendidikan Olahraga,
dan Ilmu Keolahragaan).
Kehadiran
Sarjana Ilmu Kepelatihan (mungkin dengan gelar S.IP)
merupakan idaman Program Indonesia
Emas. PRIMA ditantang
untuk menjawab dan membuktikan programnya secara nyata.PRIMA memerlukan perubahan kualitas pelatihan dengan cara
mengadopsi High Performance Programme,
yaitu suatu program pembinaan atlet
elit yang melibatkan seluruh
unsur-unsur pelatihan secara terpadu,
serta melibatkan pihak-pihak yang dipandang mampu
memberikan dukungan yang
dibutuhkan. Prinsip-prinsip pokok dari
program ini antara lain terletak pada aplikasi sport sciences, keterpaduan antara pelatihan fisik, teknik, taktik dan penyiapan mental juara, serta diberlakukannya sistem
pemantauan performa dan analisis
penguasaan skill atlet secara
terprogram.
Sarjana
produksi program sarjana Ilmu
Kepelatihan inilah yang
diharapkan memfokuskan diri mengembang program atau target pembangunan olahraga
prestasi jangka pendek melaui PRIMA ini.
C. Kompetensi Luaran
Berdasarkan
kurikulum dan materi yang telah diberikan dalam proses belajar, seorang sarjana
ilmu kepelatihan akan mempunyai kompotensi dalam semua aspek kepelatihan yang
berbasis ilmu olahraga. Kompetensi sarjana Ilmu
Kepelatihan dikembangkan
berdasarkan 3 (tiga) bidang ilmu utama, yakni Ilmu Kedokteran, Kesehatan dan Ilmu Olahraga. Kedalaman ketiga ilmu ini difokuskan pada penguasaan 2
(dua) ilmu utama, sesuai dengan definisi Ilmu Kepelatihan, yakni fisiologi
olahraga dan biomekanik.
Dengan
kompetensi yang dimiliki, para tenaga
terdidik (sarjana dan pascasarjana) Ilmu
Kepelatihan ini dapat
bertindak sebagai pelatih dalam berbagai bentuk kepelatihan, seperti Exercise Physiologist,
pelatih kebugaran, pelatih fisik, instruktur senam aerobik, pelatih atletik, rehabilitasi
kardiopulmonal, pelatih personal, fisioterapis, dan conditioning coach.
Secara
tersendiri berbagai kompetensi khusus dapat dikembangkan, misalnya kompetensi
yang berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran. Untuk itu diperlukan kompetensi
dalam hal coronary artery disease risk
factor screening, uji kebugaran (exercise
testing), konseling untuk meningkatkan
aktifitas olahraga, konseling penuruan risiko penyakit koroner, manajemen platihan kebugaran, program
rehabilitasi perbaikan fungsi koroner, dan
bimbingan ke arah gaya hidup sehat.
Untuk
olahraga prestasi, fokus kompotensi diarahkan pada motor development. Kompotensi
yang dikembangkan disini meliputi
physical
therapy, occupational therapy, speech pathology, physician assistant, health
promotion, dan konseling
motivasi latihan.
Dengan demikian didapatkan kompotensi yang diharapkan yang meliputi: (1) kompetensi
khusus dalam pengembangan, analisis dan diagnosis perkembangan motorik dan motor disabilities pada anak, remaja dan
dewasa/lansia, ( 2) kemampuan dalam peresepan program aktifitas fisik dan
motorik yang menghasilkan penyembuhan (recovery) fungsi motorik
individu/atlet.
Selanjutnya,
secara akademik dilakukan pendalaman dengan pendidikan lanjutan pada
bidang-bidang advanced training terkait dengan kedokteran,
biomedik, fisioterapi dan kesehatan masyarakat.
Semua jenis kompetensi ini merupakan
kebutuhan inti dalam proses pelatihan atlet menuju prestasi olahraga.
Luaran prodi dengan kompotensi kepelatihan dapat
berkiprah pada berbagai lini olahraga
yang memerlukan tenaga pelatih dan ilmu kepelatihan. Selain jajaran departemen
atau dinas yang berhubungan dengan olahraga, sarjana ilmu kepelatihan akan
dapat bertugas di instansi/dinas kesehatan, upaya pencegahan dan rehabilitasi
gangguan fisik, lembaga pendidikan dan penelitian, baik di pihak pemerinath
maupun swasta/lembaga swadaya masyarakat.
D. Keberadaan Prodi
Ilmu Kepelatihan
Keberadaan
Prodi Ilmu Kepelatihan di Indonesia belum dapat ditemukan di seluruh sekolah/
fakultas ilmu keolahragaan. Sementara itu, di berbagai negara lainnya program
studi di bidang ilmu kepelatihan dalam bentuk jurusan atau prodi ilmu
kepelatihan telah berada dan berkembang dalam berbagai bentuk, status dan nama.
Misalnya, di Griffith University, Brisbane, Australia, ilmu kepelatihan itu
dikembangan dalam suatu School of
Physiotherapy and Exercise Science.
Sementara itu, di School of Public Health, University
of South Carolina, Amerika Serikat namanya jelas sebagai Department of Exercie
Science. Program studi ini mengembangkan 3 (tiga) jenis tingkat program
sarjana: BS (Bachelor of Science), MS (Master of Science), dan Doctoral (PhD) dalam Exercise Science.
Disamping itu, di bidang Sport Science, USC mempunyai juga program untuk Master of Public Health in Physical Activity and Public Health (MPH-PHPA).
Program Bachelor of Science in Exercise Science (setara dengan Sarjana 1) memfokuskan diri
pada 4 (empat) area khusus: Health Fitness, Motor Development, Public Health,
and Scientific Foundations. Alumninya dipersiapkan untuk bekerja di bidang
kesehatan dan olahraga yang memerlukan tenaga profesional dalam kepelatihan.
E. Inti Kurikulum
Menurut
definisi Ilmu Kepelatihan, dasar pengembangan ilmu kepelatihan yang akan menjadi
dasar pembentukan kurikulum adalah fisiologi dan biomekanik. Sesuai dengan tujuannya, materi
kurikulum selayaknya mengacuh kepada aspek-aspek kepelatihan yang menyangkut
peningkatan kemampuan motorik dan ketrampilan (skill) bermain dan bertanding dalam berbagai cabang olahraga.
Sebagai
dasar pembentukan kurikulum dipergunakan
3 (tiga) ilmu utama: kedokteran,
kesehatan dan ilmu keolahragaan. Dalam bidang kedokteran dikembangkanlah mata
kuliah ilmu kedokteran seperti anatomi, fisiologi,
patologi, dan biomedik. Bidang kesehatan membentuk mata kuliah sosiologi,
manajemen, epidemiologi, fisika, biokimia dan psikologi. Khusus di ruang
lingkup ilmu keolahragaan, penekanan diarahkan pada aspek latihan dan
kepelatihan dalam mengembangkan sistem muskuloskeletal dan motorik dengan
cabang olahraga masing-masing. Disampingi itu perlu dilengkapi dengan
pendekatan tehnologi keolahragaan dalam matakuliah seperti tehnologi sarana dan
prasana, tehnologi peralatan olahraga, tehnologi diagnostik dan komputer.
Kelengkapan ilmu
tehnologi ini diarahkan untuk mengembangkan prototipe, rancang bangun, dan
modifikasi tehnologi dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan
keolahragaan dan dukungan kepelatihan atlet. Dukungan tehnologi diharapkan
dapat menunjang terciptanya atlet berprestasi, dalam seluruh tahapan prosesnya,
mulai dari penyelusuran bakat, seleksi dan rekruitmen atlet pratama hingga ke
pusat pelatihan nasional.
Kesemua
mata pelajaran ini akan bersinergi dalam membentuk kopetensi sarjana ilmu
kepelatihan yang dapat menunjang proses terciptanya atlet berkualitas dan
berprestasi.
F. Rekomendasi
Sebagai
pelengkap, setelah meyakini betapa penting dan perlunya pelatih profesional
yang hanya bisa diproduksi dari suatu Prodi Ilmu Kepelatihan, segera dapat
dibentuk prodi Ilmu Kepelatihan di sebuah FIK terpilih atau 3 (tiga) FIK utama
berbasis regional (bagian barat, tengah dan timur Indonesia), dengan tidak
membatasi kesempatan di sekolah/fakultas manapun yang berkemauan.
DAFTAR PUSTAKA
-ACSM.
2011. Careers in Sport and Exercise Science. www.acsm.org
-AAHPERED.
Allied Health. 2011. Exercise Science.
Health Care Careers Directory 2009-2010.nwww.aahperd.org.
-Jenkins,
S.P.R. 2005. Sport Science Handbook. The Essential Guide to Kinesiology, Sport
and Exercise Science. Multi-Science Publishing Co, UK.
- Menteri Negara
Pemuda dan Olahraga. Sambutan Hari Olahraga Nasional Ke-27 2010.
- Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2010 Tentang Program
Indonesia Emas
- Republik
Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
-
University of South Carolina. School of Public health. www. sph.sc.edu.
*
Makalah ini dimuat dalam Buku Dies Emas
50 Tahun UNM Makassar, 1 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar