Senin, 07 Juli 2014

PENGEMBANGAN PRODI ILMU KEPELATIHAN DALAM MENUNJANG OLAHRAGA PRESTASI



PENGEMBANGAN PRODI ILMU KEPELATIHAN
DALAM MENUNJANG OLAHRAGA PRESTASI*
Oleh:
Prof. Dr. dr. M. Nadjib Bustan, MPH
Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNM Makassar
A. Latar Belakang
            Pencapaian prestasi olahraga yang ditandai dengan penyematan medali dan pengibaran bendera Merah Putih merupakan cita-cita  pembangunan olahraga yang dapat meningkatkan martabat bangsa Indonesia. Untuk mencapai prestasi olahraga diperlukan upaya berlatih dan berlatih! Pelatihan yang tepat dan efektif perlu ditunjang dengan pendekatan ilmiah berbasis ilmu kepelatihan.
Sementara itu, Ilmu Kepelatihan (Exercise Science) masih belum dikenal dan belum dikembangkan sebagai suatu ilmu tersendiri yang selanjutnya bisa dikembangkan sebagai suatu program studi (prodi) sarjana atau pasca sarjana. Sampai dewasa ini tampak bahwa seluruh fakultas keolahragaan pemerintah maupun swasta belum ada satupun yang khusus mempunyai program studi ilmu kepelatihan. Program studi yang terkait ilmu kepelatihan yang ada adalah program studi, yang membentuk sarjana pendidikan/guru untuk bidang kepelatihan. Prodi itu antara lain bernama Pendidikan Kepelatihan Olahraga.
Ilmu Kepelatihan ini merupakan ilmu murni (science)  atau ilmu eksakta yang berbeda dengan ilmu-ilmu pendidikan jasmani dan olahraga yang merupakan bagian dari rumpun ilmu pendidikan. Ilmu Kepelatihan berbasis pada ilmu kedokteran, kesehatan dan ilmu olahraga (sport science) itu sendiri.
American College of Sports Medicine (ACSM) menjabarkan bahwa Exercise Science is the study of movement and the associated functional responses and adaptations. Jabaran ACSM ini memperlihatkan bahwa Exercise Science  berdasar  pada ilmu gerak (biomekanik/kinesiologi) dan ilmu fungsi (fisiologi). Ilmu dan pengetahuan tentang Ilmu Kepelatihan  sangatlah penting untuk pengembangan ilmu olahraga pada umumnya dan pengembangan prestasi olahraga pada khususnya. Dengan berbasis Ilmu Kepelatihan, atlet mendapat latihan yang dapat meningkatan kemampuan fisik dan ketrampilan  berlaga sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi juara.
Dewasa ini kondisi prestasi olahraga Indonesia di kancah nasional, regional dan internasional masih belum memuaskan.  Dalam berbagai arena (event) pemecahan record masih sangat terbatas. Di kancah ASEAN Games, SEA Games dan Olympic Games, pencapaian medali masih rendah dan peringkat yang belum masuk hitungan. Walaupun demikian, semangat tinggi dan daya juang tetap digelorakan oleh pemerintah. Indonesia ditargetkan menjadi juara umum pada Asian Games 2014, berada di peringkat 10 pada SEA Games, dan di Olimpiade 2012 pada peringkat ke 35. Untuk itu, diperlukan suatu program pembinaan dan pelatihan yang  sistematis,  terencana, berkesinambungan,  dan modern. Selain itu, keberhasilan  kontingen  Indonesia  meraih  prestasi  di ajang SEA Games merupakan momentum kebangkitan olahraga nasional untuk menjangkau papan atas  di tingkat internasional.
Berdasarkan kehendak ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga mengarahkan program pengembangan prestasi olahraga yang bernana Program Indonesia Emas, atau disingkat PRIMA. Program pengembangan prestasi olahraga ini merupakan satu program nasional yang   dirancang   dan   dilaksanakan   pemerintah   untuk   mendongkrak   prestasi olahraga nasional, hingga akhirnya mampu memperbaiki peringkat Indonesia dalam kejuaraan multi-events, baik di tingkat regional maupun internasional.
Kehadiran program IK dengan luaran  sarjana berbasis sport science ini diharapkan dapat memberi konstribusi terhadap tercipta tenaga ilmiah dan profesional kepelatihan dalam membentuk atlet berprestasi yang meningkatkan peringkat Indonesia ke papan atas internasional.

B. Analisis Kebutuhan
            Ketika upaya pembangunan olahraga prestasi digalakkan dengan menggunakan pendekatan keilmuan (Sport Science), Ilmu Kepelatihan menjadi ilmu utama yang perlu dikedepankan. Pembangunan olahraga  prestasi memerlukan sekian banyak tenaga pelatih yang ilmiah dan profesional. Jumlahnya tentu akan berkorelasi dengan banyaknya kebutuhan pelatih untuk setiap cabang olahraga prestasi,  dan selain untuk cabang olahraga rekreasi, kebugaran (fitness) dan aktifitas fisik lainnya.
Hingga kini, para pelatih fisik maupun pelatih cabang olahraga umumnya berasal dari atlet senior yang berprestasi. Mereka tentu mempunyai ketrampilan bertanding dan pengalaman yang cukup, namun masih mempunyai keterbatasan dalam melakukan analisis yang dalam selama melakukan tugas kepelatihan terhadap  atletnya. Beberapa pelatih asing terpaksa didatangkan untuk mengisi kekosongan atas tenaga pelatih profesional pada cabang olahraga prestasi utama (misalnya sepakbola). Selain itu, tenaga pelatih yang profesional diperlukan mengingat diperlukannya penerapan ilmu dan tehnologi (IPTEK) dalam pelatihan. Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga pelatih profesional, perlu dikembangkan program studi ilmu kepelatihan sebagai sumber utama pengadaan tenaga pelatih tersebut.
             Kebutuhan tenaga/sarjana pelatih melalui program studi Ilmu Kepelatihan bukanlah suatu yang mustahil. Potensi SDM/dosen untuk itu dapat diperoleh dari berbagai jurusan/prodi yang sudah berjalan dan berkembang dewasa ini. Untuk pengembangan Prodi Ilmu Kepelatihan terdapat       potensi SDM yang tersebar di 12 fakultas/jurusan/program studi keolahragaan  di perguruan  tinggi  negeri  dan  30  jurusan/program  studi keolahragaan  di perguruan  tinggi  swasta. Keadaan ini menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 42 lembaga pendidikan dimana Prodi Ilmu Kepelatihan dapat disemaikan dan ditumbuh-kembangkan.
               Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar sendiri mempunyai potensi SDM/dosen yang cukup memadai dalam  jumlah dan kualitasnya yang tersebar di  4 (empat) jurusan/prodi (Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Pendidikan Olahraga, dan Ilmu Keolahragaan).
Kehadiran Sarjana Ilmu Kepelatihan (mungkin dengan gelar S.IP) merupakan idaman Program Indonesia Emas. PRIMA ditantang  untuk menjawab dan membuktikan programnya secara nyata.PRIMA memerlukan perubahan kualitas pelatihan dengan cara mengadopsi High Performance Programme, yaitu suatu program pembinaan atlet elit  yang   melibatkan   seluruh   unsur-unsur   pelatihan   secara   terpadu,   serta melibatkan pihak-pihak yang dipandang mampu memberikan dukungan yang dibutuhkan. Prinsip-prinsip pokok dari program ini antara lain terletak pada aplikasi sport sciences, keterpaduan antara pelatihan fisik, teknik, taktik dan penyiapan mental juara, serta diberlakukannya sistem pemantauan performa dan analisis penguasaan skill atlet secara terprogram.
Sarjana produksi program sarjana Ilmu Kepelatihan inilah yang diharapkan memfokuskan diri mengembang program atau target pembangunan olahraga prestasi jangka pendek melaui PRIMA ini.

C. Kompetensi Luaran
Berdasarkan kurikulum dan materi yang telah diberikan dalam proses belajar, seorang sarjana ilmu kepelatihan akan mempunyai kompotensi dalam semua aspek kepelatihan yang berbasis ilmu olahraga. Kompetensi sarjana Ilmu Kepelatihan dikembangkan berdasarkan 3 (tiga) bidang ilmu utama, yakni Ilmu Kedokteran, Kesehatan dan Ilmu Olahraga. Kedalaman  ketiga ilmu ini difokuskan pada penguasaan 2 (dua) ilmu utama, sesuai dengan definisi Ilmu Kepelatihan, yakni fisiologi olahraga dan biomekanik.
Dengan kompetensi yang dimiliki,  para tenaga terdidik (sarjana dan pascasarjana) Ilmu Kepelatihan ini dapat bertindak sebagai pelatih dalam berbagai bentuk kepelatihan,  seperti Exercise Physiologist, pelatih kebugaran, pelatih fisik, instruktur senam aerobik, pelatih atletik, rehabilitasi kardiopulmonal, pelatih personal, fisioterapis, dan conditioning coach.
Secara tersendiri berbagai kompetensi khusus dapat dikembangkan, misalnya kompetensi yang berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran. Untuk itu diperlukan kompetensi dalam hal coronary artery disease risk factor screening, uji kebugaran (exercise testing), konseling untuk meningkatkan aktifitas olahraga, konseling penuruan risiko penyakit koroner,  manajemen platihan kebugaran, program rehabilitasi perbaikan fungsi koroner, dan  bimbingan ke arah gaya hidup sehat.
Untuk olahraga prestasi, fokus kompotensi diarahkan pada motor development. Kompotensi yang dikembangkan disini meliputi physical therapy, occupational therapy, speech pathology, physician assistant, health promotion, dan konseling motivasi latihan.     
            Dengan demikian didapatkan kompotensi yang diharapkan yang meliputi: (1) kompetensi khusus dalam pengembangan, analisis dan diagnosis perkembangan motorik dan motor disabilities pada anak, remaja dan dewasa/lansia, ( 2) kemampuan dalam peresepan program aktifitas fisik dan motorik yang menghasilkan penyembuhan (recovery) fungsi motorik individu/atlet.
Selanjutnya, secara akademik dilakukan pendalaman dengan pendidikan lanjutan pada bidang-bidang advanced  training terkait dengan kedokteran, biomedik, fisioterapi dan kesehatan masyarakat.      Semua jenis kompetensi ini merupakan kebutuhan inti dalam proses pelatihan atlet menuju prestasi olahraga.
            Luaran prodi dengan kompotensi kepelatihan dapat berkiprah pada berbagai lini  olahraga yang memerlukan tenaga pelatih dan ilmu kepelatihan. Selain jajaran departemen atau dinas yang berhubungan dengan olahraga, sarjana ilmu kepelatihan akan dapat bertugas di instansi/dinas kesehatan, upaya pencegahan dan rehabilitasi gangguan fisik, lembaga pendidikan dan penelitian, baik di pihak pemerinath maupun swasta/lembaga swadaya masyarakat.
D. Keberadaan Prodi Ilmu Kepelatihan
Keberadaan Prodi Ilmu Kepelatihan di Indonesia belum dapat ditemukan di seluruh sekolah/ fakultas ilmu keolahragaan. Sementara itu, di berbagai negara lainnya program studi di bidang ilmu kepelatihan dalam bentuk jurusan atau prodi ilmu kepelatihan telah berada dan berkembang dalam berbagai bentuk, status dan nama. Misalnya, di Griffith University, Brisbane, Australia, ilmu kepelatihan itu dikembangan dalam suatu School of Physiotherapy and Exercise Science.
 Sementara itu, di School of Public Health, University of South Carolina, Amerika Serikat namanya jelas sebagai Department of Exercie Science. Program studi ini mengembangkan 3 (tiga) jenis tingkat program sarjana: BS (Bachelor of Science), MS (Master of Science), dan Doctoral (PhD) dalam Exercise Science. Disamping itu, di bidang Sport Science, USC mempunyai juga program untuk Master of Public Health in Physical Activity and Public Health (MPH-PHPA).
Program  Bachelor of Science in Exercise Science  (setara dengan Sarjana 1) memfokuskan diri pada 4 (empat) area khusus: Health Fitness, Motor Development, Public Health, and Scientific Foundations. Alumninya dipersiapkan untuk bekerja di bidang kesehatan dan olahraga yang memerlukan tenaga profesional dalam kepelatihan.

E. Inti Kurikulum
Menurut definisi Ilmu Kepelatihan, dasar pengembangan ilmu kepelatihan yang akan menjadi dasar pembentukan kurikulum adalah fisiologi dan  biomekanik. Sesuai dengan tujuannya, materi kurikulum selayaknya mengacuh kepada aspek-aspek kepelatihan yang menyangkut peningkatan kemampuan motorik dan  ketrampilan (skill) bermain dan bertanding dalam berbagai cabang olahraga.
Sebagai dasar pembentukan kurikulum dipergunakan 3 (tiga) ilmu utama:  kedokteran, kesehatan dan ilmu keolahragaan. Dalam bidang kedokteran dikembangkanlah mata kuliah ilmu kedokteran  seperti anatomi, fisiologi, patologi, dan biomedik. Bidang kesehatan membentuk mata kuliah sosiologi, manajemen, epidemiologi, fisika, biokimia dan psikologi. Khusus di ruang lingkup ilmu keolahragaan, penekanan diarahkan pada aspek latihan dan kepelatihan dalam mengembangkan sistem muskuloskeletal dan motorik dengan cabang olahraga masing-masing. Disampingi itu perlu dilengkapi dengan pendekatan tehnologi keolahragaan dalam matakuliah seperti tehnologi sarana dan prasana, tehnologi peralatan olahraga, tehnologi diagnostik dan komputer.
Kelengkapan ilmu tehnologi ini diarahkan untuk  mengembangkan prototipe, rancang bangun, dan modifikasi tehnologi dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan keolahragaan dan dukungan kepelatihan atlet. Dukungan tehnologi diharapkan dapat menunjang terciptanya atlet berprestasi, dalam seluruh tahapan prosesnya, mulai dari penyelusuran bakat, seleksi dan rekruitmen atlet pratama hingga ke pusat pelatihan nasional.
Kesemua mata pelajaran ini akan bersinergi dalam membentuk kopetensi sarjana ilmu kepelatihan yang dapat menunjang proses terciptanya atlet berkualitas dan berprestasi.

F. Rekomendasi
Sebagai pelengkap, setelah meyakini betapa penting dan perlunya pelatih profesional yang hanya bisa diproduksi dari suatu Prodi Ilmu Kepelatihan, segera dapat dibentuk prodi Ilmu Kepelatihan di sebuah FIK terpilih atau 3 (tiga) FIK utama berbasis regional (bagian barat, tengah dan timur Indonesia), dengan tidak membatasi kesempatan di sekolah/fakultas manapun yang berkemauan.

DAFTAR PUSTAKA

-ACSM. 2011. Careers in Sport and Exercise Science. www.acsm.org
-AAHPERED. Allied Health. 2011.  Exercise Science. Health Care Careers Directory 2009-2010.nwww.aahperd.org.
- Griffith University. 2011. Website: www.griffith.edu.au.
-Jenkins, S.P.R. 2005. Sport Science Handbook. The Essential Guide to Kinesiology, Sport and Exercise Science. Multi-Science Publishing Co, UK.
- Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Sambutan Hari Olahraga Nasional Ke-27 2010.
- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor  22  Tahun 2010 Tentang Program Indonesia Emas
- Republik Indonesia. Undang-Undang  Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
- University of South Carolina. School of Public health. www. sph.sc.edu.

* Makalah ini dimuat dalam Buku Dies Emas 50 Tahun UNM Makassar, 1 Agustus 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar